A. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata
ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang
kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin
diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk
pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang
bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.Dalam kehidupan
sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki
disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin.Sebutan orang
yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir
tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang
disiplin biasanya ditujukkan kepada orang yang kurang atau tidak dapat
mentaati peraturandan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat
(konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu
lembaga tertentu(organisasional-formal).
B. Disiplin di Sekolah
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan
persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di
kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat
mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba,
gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang
tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat
umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan
dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran
tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos,
perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan
bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu
membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti
penting disiplin sekolah
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah
merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi
perilakusiswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang
mendidik danmengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang
dilihat dandidengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu
dalam ke dalamhati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh
dari orangtuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut
pada dasarnyamerupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.Brown
dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak disiplin,
sebagai berikut :
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
Perilaku
tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang
menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku
yang kurang atau tidak disiplin.
Perilaku
tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal darikeluarga
yang broken home.
Perilaku
tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang
tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan
lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar
mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya.Pendekatan peraturan demokratis dilakukan dengan memberi
penjelasan,diskusi dan penalaran untuk membantu siswa memahami mengapa
diharapkanmematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek
edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan
kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman
dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Dalam disiplin
sekolah yang demokratis,kemandirian dan tanggung jawab dapat berkembang. Siswa
patuh dan taat karenadidasari kesaadaran dirinya. Mengikuti peraturan yang ada
bukan karena terpaksa,melainkan atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada
manfaat.
Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada siswa atau warga sekolahlainnya yang
melanggar tata tertib atau kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah,yang
secara eksplisit berbentuk larangan-larangan. Hal ini menurut
Depdiknas(2001:10), ³Sanksi yang diterapkan agar bersifat mendidik, tidak
bersifat hukumanfisik, dan tidak menimbulkan trauma psikologis.´ Sanksi dapat
diberikan secara bertahap dari yang paling ringan sampai yang
seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa:
1. Teguran
lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran ringan terhadapketentuan
sekolah yang ringan.
2. Hukuman
pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuatrangkuman buku
tertentu, menterjemahkan tulisan berbahasa Inggris dan lain-lain.
3. Melaporkan secara tertulis kepada
orang tua siswa tentang pelanggaran yangdilakukan putera-puterinya.
4. Memanggil
yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang bersangkutantidak mengulangi
lagi pelanggaran yang diperbuatnya.
5. Melakukan
skorsing kepada siswa apabila yang bersangkutan melakukan pelanggaran
peraturan sekolah berkali-kali dan cukup berat.
6. Mengeluarkan
yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang bersangkutantersangkut perkara
pidana dan perdata yang dibuktikan oleh pengadilan.
C. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum merancang
disiplin siswa, yaitu :
1. Konsep diri; untuk menumbuhkan
konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan
untuk bersikap empatik, menerima,hangat dan terbuka;
2. Keterampilan berkomunikasi; guru
terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan
alami; guru disarankan dapatmenunjukkan secara tepat perilaku yang salah,
sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat
logis dan alami dari perilaku yang salah;
4. Klarifikasi nilai; guru membantu
siswa dalam menjawab pertanyaannyasendiri tentang nilai-nilai dan membentuk
sistem nilainya sendiri;
5. Analisis transaksional; guru
disarankan guru belajar sebagai orang dewasaterutama ketika berhadapan dengan
siswa yang menghadapi masalah;
6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya
mengurangi kegagalan danmeningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif
dan bertanggung jawab; dan
7. Disiplin yang terintegrasi; metode
ini menekankan pengendalian penuh olehguru untuk mengembangkan dan
mempertahankan peraturan;
8. Modifikasi perilaku; perilaku salah
disebabkan oleh lingkungan. Oleh karenaitu, dalam pembelajaran perlu diciptakan
lingkungan yang kondusif;
9.
Tantangan
bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam
pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik
akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertamadi sekolah, dan
guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam
posisi sebagai pemimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar