Kamis, 26 Februari 2015

Makalah KEDISIPLINAN SEKOLAH



A.  Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin.Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukkan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturandan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu(organisasional-formal). 

B.  Disiplin di Sekolah
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk  penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilakusiswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik danmengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dandidengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalamhati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orangtuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnyamerupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak disiplin, sebagai berikut :
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal darikeluarga yang broken home.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar  pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.Pendekatan peraturan demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan,diskusi dan penalaran untuk membantu siswa memahami mengapa diharapkanmematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif  bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Dalam disiplin sekolah yang demokratis,kemandirian dan tanggung jawab dapat berkembang. Siswa patuh dan taat karenadidasari kesaadaran dirinya. Mengikuti peraturan yang ada bukan karena terpaksa,melainkan atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
    
Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada siswa atau warga sekolahlainnya yang melanggar tata tertib atau kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah,yang secara eksplisit berbentuk larangan-larangan. Hal ini menurut Depdiknas(2001:10), ³Sanksi yang diterapkan agar bersifat mendidik, tidak bersifat hukumanfisik, dan tidak menimbulkan trauma psikologis.´ Sanksi dapat diberikan secara bertahap dari yang paling ringan sampai yang seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa:
1.    Teguran lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran ringan terhadapketentuan sekolah yang ringan.
2.     Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuatrangkuman buku tertentu, menterjemahkan tulisan berbahasa Inggris dan lain-lain.
3.    Melaporkan secara tertulis kepada orang tua siswa tentang pelanggaran yangdilakukan putera-puterinya.
4.  Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang bersangkutantidak mengulangi lagi pelanggaran yang diperbuatnya.
5.     Melakukan skorsing kepada siswa apabila yang bersangkutan melakukan pelanggaran peraturan sekolah berkali-kali dan cukup berat.
6.     Mengeluarkan yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang bersangkutantersangkut perkara pidana dan perdata yang dibuktikan oleh pengadilan.

C.  Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu :
1.    Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima,hangat dan terbuka;
2.  Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3.    Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapatmenunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
4.  Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannyasendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri;
5.   Analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasaterutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah;
6.    Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan danmeningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan
7.  Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh olehguru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan;
8.  Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karenaitu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif;
9.   Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertamadi sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.

Tidak ada komentar: